DUA KENIKMATAN INI MANUSIA TERTIPU DAN LALAI DARI MENSYUKURINYA..
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ
الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan
manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. [HR
Bukhari, no. 5933].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
“Kenikmatan
adalah keadaan yang baik. Ada yang mengatakan, kenikmatan adalah manfaat
yang dilakukan dengan bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain”.
[Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, penjelasan hadits no. 5933].
Ibnu
Baththaal rahimahullah berkata: “Makna hadits ini, bahwa seseorang
tidaklah menjadi orang yang longgar (punya waktu luang) sehingga dia
tercukupi (kebutuhannya) dan sehat badannya. Barangsiapa dua perkara itu
ada padanya, maka hendaklah dia berusaha agar tidak tertipu, yaitu
meninggalkan syukur kepada Allah terhadap nikmat yang telah Dia berikan
kepadanya. Dan termasuk syukur kepada Allah adalah melaksanakan
perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Barangsiapa
melalaikan hal itu, maka dia adalah orang yang tertipu”. [Fathul Bari,
penjelasan hadits no. 5933 ].
Kemudian sabda Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam di atas “kebanyakan manusia tertipu pada keduanya” ini
mengisyaratkan, bahwa orang yang mendapatkan taufiq (bimbingan) untuk
itu, orangnya sedikit.
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:
“Kadang-kadang manusia itu sehat, tetapi dia tidak ada waktu longgar,
karena kesibukannya dengan penghidupan.
Dan kadang-kadang manusia itu
cukup longgar, tetapi dia tidak sehat. Maka jika keduanya terkumpul,
lalu dia dikalahkan oleh kemalasan melakukan kataatan, maka dia adalah
orang yang tertipu.
Kesempurnaan itu adalah bahwa dunia merupakan
ladang akhirat, di dunia ini terdapat perdagangan yang keuntungannya
akan nampak di akhirat. Barangsiapa menggunakan waktu luangnya dan
kesehatannya untuk ketaatan kepada Allah, maka dia adalah orang yang
pantas diirikan. Dan barangsiapa menggunakan keduanya di dalam maksiat
kepada Allah, maka dia adalah orang yang tertipu. Karena waktu luang
akan diikuti oleh kesibukan, dan kesehatan akan diikuti oleh sakit
Imam Al Hakim meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, bahwa Nabi shalallhu alaihiwasalam bersabda menasihati seorang laki-laki :
اِغْتَنِمْ
خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ , شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ , وَصِحَّتِكَ قَبْلَ
سَقْمِكَ , وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ , وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ,
وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Ambillah kesempatan lima (keadaan)
sebelum lima (keadaan). (Yaiutu) mudamu sebelum pikunmu, kesehatanmu
sebelum sakitmu, cukupmu sebelum fakirmu, longgarmu sebelum sibukmu,
kehidupanmu sebelum matimu. [HR Al Hakim di dalam Al Mustadrak;
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani di dalam Shahih At Targhib wat Targhib
3/311, no.
JEJAK SALAF DALAM MENGISI WAKTU
1. Imam Abu
Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thabari rahimahullah, pemilik tafsir yang
sangat mashur, tafsir Ath Thabari. Beliau seorang yang sangat
mengagumkan. Seandainya kertas-kertas yang telah beliau tulis dibagi
pada umur beliau semenjak lahir, didapati bahwa beliau menulis setiap
harinya 60 lembar atau lebih! Ini perkara yang sangat menakjubkan!
[Ma’alim Fi Thariq Thalabil ‘Ilmi, hlm. 88, karya Syaikh Abdul Aziz bin
Muhammad bin Abdullah As Sud-han].
2. Imam Nawawi rahimahullah
juga mengagumkan. Umur beliau hanyalah sekitar 45 tahun, namun
kitab-kitab karya beliau memenuhi perpustakaan-perpustakaan umat Islam
sekitar 20 jilid. Padahal setiap harinya, beliau mengajar 12 mata
pelajaran. [Ma’alim Fi Thariq Thalabil ‘Ilmi, hlm. 88].
Di antara
karya beliau adalah Syarah Shahih Muslim, Al Majmu’ Syarh Al
Muhadzdzab, Tahdzibul Asma’ Wal Lughaat, Riyadhush Shalihin, Al Adzkar,
dan lain-lain.
3. Imam Az Zuhri rahimahullah, seorang imam yang
dikatakan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah : “Disepakati kebesaran
dan keahliannya”, dahulu beliau biasa mendatangi nenek-nenek,
kakek-kakek, anak-anak, gadis-gadis pingitan, anak kecil, orang tua,
beliau bertanya kepada mereka, mencari (ilmu) dari mereka, sehingga
memiliki ilmu yang besar. [Ma’alim Fi Thariq Thalabil ‘Ilmi, hlm. 90].
4.
Imam Al Anmathi rahimahullah, seorang ahli hadits Baghdad. Beliau
menulis (menyalin) kitab Ath Thabaqat karya Ibnus Sa’ad dan kitab Tarikh
Baghdad, dengan tangannya. Seandainya kita kumpulkan juz-juz kedua
kitab itu, banyak di antara kita yang berat atau susah membawanya.
[Ma’alim Fi Thariq Thalabil ‘Ilmi, hlm. 91].
5. Imam Isma’il Al
Jurjani rahimahullah. Beliau menulis 90 lembar setiap malam, dengan
tulisan yang rapi. Beliau menulisnya pelan-pelan. Imam Adz Dzahabi
rahimahullah berkomentar: “Ini, beliau memungkinkan untuk menulis Shahih
Muslim selama sepekan”. [Ma’alim Fi Thariq Thalabil ‘Ilmi, hlm. 96]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar