Selasa, 24 April 2012

selayang pandang tentang pelaku dosa besar


Ahli Maksiat Antara Ampunan dan Neraka!!
By . ust. Rusman, Lc

Allah subhanahu wata’ala adalah Dzat yang telah menciptakan seluruh makhluk di alam ini, termasuk manusia. kemudian melimpahkan rezeki kepada mereka dan tidak membiarkannya begitu saja, akan tetapi Allah subhanahu wata’ala menurunkan kitab serta  mengutus para rosul, maka barang siapa ta’at dan patuh kepada Rosul tersebut, maka ia akan masuk surga dan barang siapa mengingkari, bermaksiat serta tidak mematuhinya, maka akan masuk neraka.

Jadi surga adalah negeri yang penuh kenikmatan yang Allah siapkan bagi hamba-hamba yang bertakwa, adapun neraka adalah negeri yang penuh dengan siksaan yang Allah siapkan bagi hamba-hamba yang kufur kepada-Nya.
Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah serta menyombongkan diri terhadapnya tidak akan dibukakan pintu langit dan tidak akan masuk surga sampai ada onta masuk lobang jarum, artinya bahwa orang yang kafir terhadap Allah maka akan masuk neraka dan kekal didalamnya.
Begitu juga orang-orang yang mensekutukan Allah, beribadah kepada selain-Nya, maka dosa syirik merupakan dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala, kalaupun pelaku dosa syirik ini meninggal dalam kondisi belum bertaubat kepada-Nya, maka dia akan masuk neraka dan kekal didalamnya, sebagimana Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam beberapa ayat Al Qur’an.
Adapun orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, yang apabila melakukan dosa dan maksiat baik dosa kecil atau besar segera ingat kepada Allah serta bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya, maka Allah subhanahu wata’ala menyiapkan bagi mereka surga yang luasnya seluas langit dan bumi, karena  Allah subhanahu wata’ala adalah Dzat yang maha pengampun lagi menerima taubat, Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni dosa-dosa orang yang bertaubat kepada-Nya.
Lalu bagaimana halnya dengan orang-orang yang beriman serta tidak mensekutuka-Nya dengan sesuatupun, namun ternyata dia meninggal dalam kondisi berdosa atau bermaksiat kepada-Nya serta belum sempat bertaubat kepada  Allah ? Termasuk golangan manakah orang tersebut? karena bisa saja seseorang itu sedang berbuat dosa besar dan belum sempat bertaubat namun berakhir dengan dicabut nyawanya oleh malaikat, naudzu billah !!. padahal pelaku dosa besar harus bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala dengan taubat yang sebenar- benarnya sebelum ajal menjemput.
Ada beberapa aliran golongan yang memandang hukuman akhirat bagi seorang muslim yang melakukan dosa besar (seperti membunuh, berzina, khomer dll), yaitu apabila dia belum bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala:
1. khowarij, yaitu bahwa pelaku dosa besar maka dia didunia dihukumi sebagai seorang yang kafir, dan di akhirat akan masuk neraka kekal didalamnya.
2. Mu’tazilah, yaitu bahwa pelaku dosa besar maka dia berada pada sebuah manzilah baina manzilatain, didunia dia dihukumi berada diantara iman dan kafir dan nanti akhirat akan masuk neraka kekal didalamnya. Istilah mereka “ manzilatun baina manzilatain”
3. Murji’ah, mereka meyakini bahwa perbuatan dosa itu tidak berpengaruh terhadap kwalitas iman seseorang, oleh karena itu apabila seorang muslim melakukan dosa besar maka dia dihukumi sebagai seorang mukmin yang imanya tetap sempurna dan tidak berkurang sedikitpun, dan nanti diakhirat dia akan masuk surga.
Tiga pendapat diatas adalah pendapat yg keliru dan menyesatkan!!

4. Pendapat ulama ahlussunnah wal jamaah, yaitu bahwa kesempurnaan iman itu dipengaruhi oleh amal perbuatan seseorang. apabila seorang muslim melakukan dosa besar maka itu akan mengurangi kesempuranaan imannya, sebagaimana amalan keta’atan akan menambah kwalitas iman seseorang. Oleh karena itu pelaku dosa besar ketika masih hidup didunia dihukumi sebagai seorang mukmin yang imannya kurang (mukmin naqisul iman) dan nanti diakhirat dia berada dibawah kehendak Allah subhanahu wata’ala ( tahta masyi-atillah ) bisa saja Allah subhanahu wata’ala berkehendak untuk menyiksa dia sesuai dengan keadilan-Nya, atau Allah subhanahu wata’ala kemudian mengampuninya dengan rahmat-Nya, karena Allah subhanahu wata’ala maha adil, akan memberikan balasan pada setiap perbuatan dosa namun disisi lain Allah subhanahu wata’ala adalah dzat yang maha luas rahmatnya. Allah subhanahu wata’ala berkuasa untuk melakukan salah satu diantara dua hal tersebut.

Dalam  Al Qur’an surat Annisa,  Allah Ta’ala telah menyampaikan bahwa tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni dosa-dosa selain syirik bagi yang dikehendaki. Oleh karena itu orang yang melakukan dosa besar, selama dosa tersebut tidak sampai kepada derajat mensekutukan Allah maka masih ada peluang untuk mendapatkan ampunan dari-Nya, jadi kalau misalnya Allah Ta’ala akan menyiksa dia dengan memasukkanya kedalam neraka dengan sebab dosa besar tersebut maka dia tidak akan kekal dineraka.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah subhanahu wata’ala menyebutkan;
 ]يا ابن أدم لو آبيتني بقرب الأرض خطايا ثم لقيتني لا تشرك به شيئا لأتيتك بقربها مغفرة  [
Wahai anak adam sungguh seandainya engkau datang menghadapku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau datang tanpa menyekutukan-Ku dengan sesuatupun. Sungguh Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani di Shohihul Jaami’)

Hal ini tentunya jangan menjadikan kita lantas kemudian meremehkan dosa, namun kita tetap harus senantiasa takut dan berusaha menjauhkan diri dari setiap dosa baik dosa kecil lebih-lebih dosa besar, karena dosa-dosa tersebut pasti mengurangi kesempurnaan iman dan tauhid seseorang.
Pelaku dosa besar yang masih memiliki iman/tauhid akan keluar dari neraka, baik itu karena mendapatkan syafaat dari Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam atau dengan sebab keutamaan dan rahmat dari Allah subhanahu wata’ala. Karena diantara syafaat Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam adalah syafaat yang diberikan kepada pelaku dosa besar untuk keluar dari neraka, tentunya setelah mendapatkan izin dan ridho dari Allah subhanahu wata’ala. Adapun faham khowarij dan mu’tazilah  : mereka mengingkari adanya syafaat tersebut.
Berkata imam Ahmad rohimahullah : “Dan sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala akan mengeluarkan sekelompok orang (kaum ) dari neraka karena mendapatkan syafa’at  Nabi Muhammad shallallah ‘alaihi wasalam “ (Thobaqotul hanabillah 1/344 )
Berkata imam Al-Ajury rohimahullah  : “ Ketahuilah semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada kalian, sesungguhnya orang yang mengingkari adanya syafa’at menyangka bahwa barangsiapa yang masuk neraka tidak akan keluar dari padanya, dan ini adalah madzhab mu’tazilah, mereka mendustakanya….” ( Asy-Syari’ah karya imam Al-Aajury 331 )
Khowarij adalah kelompok yang pernah muncul dizaman kholifah Ali bin Abi Tholib, mereka mengkafirkan serta memberontak kepada kholifah Ali bin Abi Tholib, diantara pokok pemikiranya adalah mudah mengkafirkan pelaku dosa besar dan memberontak kepada pemerintah. Adapun mu’tazilah adalah kelompok yang pernah muncul di akhir masa khilafah Umawiyah dan berlanjut dimasa khilafah ‘abassiyah, mereka senantiasa mengedepankan dan menyandarkan kepada akal semata didalam memahami masalah aqidah atau masalah keagamaan yang lain, diantara sebabnya adalah karena terpengaruh oleh pemikiran filsafat Yunani yang menuhankan akal.
Bersabda Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam :
] إن الله يخرج قوما من النار بالشفاعة [
"  Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala akan mengeluarkan sekelompok orang/kaum dari neraka dengan syafa’at “ HR Muslim  ; 191
Berkata Ibnu Katsir mengomentari hadits diatas : “ Dan sungguh telah diriwayatkan secara mutawatir hadits-hadits semakna dengan hadits ini, dan sungguh ilmu/pengetahuan tentang hal ini tersembunyi/tidak diketahui oleh orang khowarij dan mu’tazilah, maka mereka mengingkari hal tersebut karena kebodohan pada mereka terhadap shohihnya hadits-hadits tersebut, dan kesombongan terhadap orang yang mengilmui hal tersebut, dan terus menerus dalam bid’ahnya. “
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri bersabda Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam :
] يدجل أهل الجنة الجنة , وأهل النار النار ثم يقول الله تعالى : أخرجوا من كان في قلبه مثقال حبة من خردل من إيمان, فيخرجون منها قد اسودوا, فيلقون في نهر الحياء أو الحياة فينبتون كما تنبت الحبة في جانب السيل , ألم تر أنه تخرج صفراء ملتوية [
“ Setelah penghuni surga masuk surga, dan penghuni neraka masuk neraka, maka setelah itu Allah subhanahu wata’ala berfirman : “ Keluarkan ( dari neraka ) orang-orang yang didalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman, maka merekapun dikeluarkan dari neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam bagaikan arang, lalu mereka dimasukan kesungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah ) sebagaimana tumbuhnya benih yang berada dipinggiran sungai. Tidakkah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning dan berlipat- lipat “  HR Al- Bukhori : 22

Ada sebagian orang yang memahami bahwa orang yang masuk neraka tidak akan keluar dari padanya apalagi masuk surga sampai ada onta masuk lobang jarum, berdalil dengan firman Allah surat Al-A’rof  ayat 40
¨bÎ) ] šúïÉ©9$# (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ (#rçŽy9õ3tFó$#ur $pk÷]tã Ÿw ßx­Gxÿè? öNçlm; Ü>ºuqö/r& Ïä!$uK¡¡9$# Ÿwur tbqè=äzôtƒ sp¨Yyfø9$# 4Ó®Lym ykÎ=tƒ ã@yJpgø:$# Îû ÉdOy ÅÞ$uσø:$# 4 šÏ9ºxŸ2ur ÌøgwU tûüÏB̍ôfßJø9$# ÇÍÉÈ   [
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
Artinya mereka tidak mungkin masuk surga sebagaimana tidak mungkin masuknya unta ke lubang jarum.
Maka kita katakan bahwa ayat tersebut berbicara tentang orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan menyombongkan diri terhadapnya, yaitu orang-orang kafir yang mereka akan masuk neraka, kekal didalamnya, dan tidak akan keluar dari neraka untuk selama-lamanya, dan bukan bermakna bahwa setiap orang yang masuk neraka pasti kekal didalamnya.
Kesimpulanya adalah bahwa tidak setiap yang masuk neraka akan kekal didalamnya, namun ada orang-orang yang masuk neraka dan kemudian akan dikeluarkan daripadanya serta kemudian masuk surga. dan syaratnya orang tersebut adalah orang yang memiliki iman/tauhid kepada Allah dan tidak mensekutukan Allah dengan sesuatupun.
Inilah pemahamn yang benar, yang diwarisi secara turun temurun dari para ulama ahlussunah dari pendahulu mereka para shahabat dan Rosulullah shallallah ‘alaihi wasalam, dan bukan pemahaman yang berdasar kepada akal  dan perasaan semata.
Oleh karena itu dalam  mempelajari agama ini kita harus senantiasa merujuk kepada kitab-kitab para ulama yang ditulis dari sumber aslinya, dan bukan dengan mudah mencomot ayat atau hadits lalu memahaminya sesuai dengan pemahaman akal masing-masing orang/individu ataupun kelompoknya.
waAllah a’lam bishowab.
Maroji’
1.     Fathul majid syarh kitab tauhid
2.     Syarh Aqidah Wasithiyah
3.     Syarh Aqidah Thohawiyah
4.     Aqidah Ahlussunah waljama’ah ‘ala dhou’ kitab wasunah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar