Rabu, 23 Januari 2013

jagan putus asa dari harapan



Kasih sayang Allah kepada Hamba Hamba Nya


Dari ‘Umar bin Khathab Radhiallhu ‘anhu , “Seorang tawanan datang kepada Rasulullah shalallhu ‘alaihi wasalam , ternyata seorang wanita yang tertawan berusaha menemukan bayinya, dan bayi pun ikut tertawan juga segera ia meraihnya menempelkannya di perutnya dan menyusuinya, lantas Rasulullah shalallhu ‘alaihi wasalam bersabda: ‘Apakah kalian mengira bahwa wanita tersebut akan melemparkan anaknya ke luapan api?’, kami menjawab: ‘Demi Allah, tidak’,  ‘beliau bersabda:‘Allah lebih sayang kepada hamba-Nya yang mukmin daripada kasih sayang wanita tersebut kepada anaknya’.” Muttafaqun ‘alaih[1].


Dari Abu Hurairah Radhiallhu ‘anhu dari Rasulullah shalallhu ‘alaihi wasalam , “Sesungguhnya Allah mewajibkan bagi dirinya sendiri sebelum menciptakan makhluk, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku’.” Muttafaqun ‘alaih.[2]

Dari Anas Radhiallhu ‘anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shalallhu ‘alaihi wasalam bersabda, ‘Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi[3] dan ia berkata, “Hasan”.


ATSAR

Yahya bin Mu’adz menuturkan:
“Sesungguhnya penipuan yang paling besar bagiku adalah terus menerus berbuat dosa dengan disertai pengharapan ampunan  tanpa adanya penyesalan, dan berharap dekat dengan Allah tanpa melakukan ketaatan, menunggu berseminya benih di surga dengan menyebar benih di neraka, dan meminta rumah orang-orang yang ta’at dengan kemaksiatan, menunggu balasan tanpa amal perbuatan, dan mengharapkan ampunan dosa dari Allah Ta’ala dengan berbuat melampui batas.
Engkau Mengharapkan keselamatan akan tetapi tidak berjalan di jalan keselamatan tersebut, sesungguhnya perahu itu tidak akan pernah bisa berjalan di tempat yang kering[4]




[1] Al-Bukhari dalam al-Adab (10/426) dan Muslim dalam at-Taubah (17/70).
[2] Al-Bukhari dalam Bad-ul Wahy (6/287) dan at-Tauhid (13/384, 522) serta Muslim dalam at-Taubah (17/68).
[3] Hasan: at-Tirmidzi dalam ad-Da’awaat (9/524) dan ia berkata, “Hasan ghariib”.
[4]  Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Raudhathul ‘Uqalaa` (hal. 248), dengan di sandarkan kepada Abi Al ‘Atahiyah ia berkata, “Aku masuk ke dalam kediaman amirul mukminin Harun ar-Rasyid, ketika beliu melihatku   dia berkata,  ‘Abu Al ‘Atahiyah?’,  aku berkata, ‘Abu Al’Atahiyah’, dia berkata, ‘Orang yang melantunkan syair?’, aku berkata, ‘Orang yang melantunkan syair’ , beliau berkata : nasihatilah aku dengan bait-bait syair dan yang ringkas sarat makna’, maka aku pun melantunkan untuknya:
 engkau tidak akan selamat dari  kematian di suatu ujung dan juga jiwa, walaupun engkau menghindarinya dengan suatu pembatas dan juga penjagaan 
ketahuilah bahwasanya busur kematian itu akan mengenai,  setiap orang yang mengenakan baju besi dari kita dan juga orang berada di suatu benteng
engkau mengharapkan keselamatan akan tetapi engkau tidak berjalan dijalan keselamatan tersebut, sesungguhnya perahu tidak akan pernah bisa berjalan ditempat yang kering
Ibnu Hibban berkata, “kemudian Harun ar-Rasyid tersungkur dan pingsan’.” Atau sebagaimana yang dituturkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar